Hari Telekomunikasi Dunia 2025: Membangun Kesetaraan Gender dalam Tranformasi Digital
“Transformasi digital akan berjalan lebih adil jika perempuan dan laki-laki punya akses dan kesempatan yang sama.”
Setiap tanggal 17 Mei, dunia memperingati World Telecommunication and Information Society Day (WTISD). Tahun 2025, tema global yang diangkat adalah “Gender Equality in Digital Transformation” — sebuah ajakan agar perempuan, termasuk santriwati dan pelajar putri, tidak tertinggal dalam arus kemajuan teknologi informasi.

Apa Itu Hari Telekomunikasi Dunia?
Hari Telekomunikasi Dunia diperingati untuk mengenang berdirinya International Telecommunication Union (ITU) pada tahun 1865. ITU adalah badan PBB yang memfasilitasi jaringan telekomunikasi dunia—dari internet, satelit, hingga perangkat komunikasi modern. Tema tahunan WTISD mendorong semua negara untuk membangun teknologi yang inklusif dan adil.
Mengapa Tema Ini Penting untuk Dunia Pendidikan?
Di lingkungan pondok pesantren modern, teknologi semakin akrab dengan proses belajar-mengajar. Namun, pertanyaan penting muncul: apakah santriwati memiliki kesempatan yang sama untuk memahami dan menguasai teknologi?
Menurut data ITU, kesenjangan gender dalam akses dan literasi digital masih terjadi secara global. Ini menjadi perhatian serius, terutama dalam dunia pendidikan yang berupaya mencetak generasi cerdas dan siap bersaing di era digital.

Peran Pesantren dalam Literasi Digital yang Inklusif
Pondok pesantren modern tidak hanya tempat mendalami ilmu agama, tetapi juga menjadi basis pembentukan karakter dan kemampuan abad 21. Santri—baik putra maupun putri—perlu dibekali dengan literasi digital yang adil dan merata.
- Pelatihan komputer dan internet untuk santriwati
- Program coding dan pembuatan konten digital berbasis nilai Islam
- Kelas kewirausahaan digital berbasis pesantren
Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Teknologi untuk Santriwati
Banyak santriwati sebenarnya memiliki minat tinggi terhadap teknologi, tetapi merasa bahwa dunia IT adalah “wilayah laki-laki.” Di sinilah peran penting pendidik dan lingkungan pesantren untuk mendorong keterlibatan perempuan dalam inovasi digital. Guru dapat membimbing mereka melalui pelajaran TIK, pembinaan etika digital, serta contoh nyata peran perempuan di dunia teknologi.
Tantangan dan Peluang
Salah satu tantangan utama adalah ketimpangan akses terhadap perangkat dan jaringan internet. Tidak semua santri memiliki gawai atau koneksi yang stabil. Namun, dengan dukungan sekolah dan keluarga, teknologi bisa dijadikan alat untuk menyetarakan kesempatan, bukan memperlebar jurang.
Penutup: Bersama Menuju Digitalisasi yang Berkeadilan
Hari Telekomunikasi Dunia 2025 menjadi momentum refleksi: apakah transformasi digital yang sedang kita jalankan sudah menyertakan semua pihak? Di pondok pesantren, inilah saatnya membangun transformasi digital yang berkeadilan gender, agar santri putri pun punya ruang berprestasi dan berinovasi di era teknologi.
— Jon Mukidi, Editor

Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.