blank

Pendekatan Deep Learning dalam Pendidikan: Transformasi Belajar di Tahun Ajaran 2025/2026

Mulai Juli 2025, Kemendikbudristek mengintegrasikan pendekatan Deep Learning dalam praktik pembelajaran nasional. Bukan kurikulum baru, melainkan strategi pengajaran yang menekankan pemahaman mendalam, makna, dan kegembiraan belajar. Dengan tiga prinsip utama dan empat pilar pelaksanaan di sekolah, pendekatan ini bertujuan mencetak generasi yang kritis, kreatif, dan adaptif menghadapi tantangan abad ke-21.

Mulai tahun ajaran 2025/2026, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia memperkenalkan pendekatan Deep Learning ke dalam praktik pembelajaran di sekolah sebagai bagian dari penguatan kualitas pendidikan nasional.

Meski sering dikaitkan dengan teknologi kecerdasan buatan, dalam konteks pendidikan, deep learning merujuk pada strategi belajar yang menekankan pemahaman mendalam, makna yang relevan, dan pengalaman belajar yang menyenangkan.

Pendekatan ini bukan merupakan kurikulum baru, melainkan penyempurnaan cara mengajar dan belajar yang bisa diterapkan dalam berbagai kurikulum yang sudah ada seperti Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka.

blank

Rangkuman berikut merangkum esensi dari pendekatan Deep Learning ini, termasuk prinsip-prinsip utama, pilar pelaksanaan di sekolah, serta tantangan dan tujuan implementasinya di berbagai jenjang pendidikan.

Apa itu Deep Learning dalam Konteks Pendidikan?

  1. Pendekatan mendalam, bukan kurikulum baru. Bukan berarti menggantikan Kurikulum 2013 atau Merdeka. Ini adalah strategi pengajaran yang bisa diterapkan di kedua kurikulum tersebut
  1. Fokus pada tiga prinsip utama:
    • Mindful Learning: siswa hadir sepenuhnya, dibawa sadar secara mental.
    • Meaningful Learning: materi relevan dan memberikan makna nyata dalam kehidupan mereka
    • Joyful Learning: proses belajar yang menyenangkan untuk menjaga keterlibatan siswa

Empat pilar pelaksanaan di sekolah

  1. Praktik pedagogis yang autentik
    Guru merancang aktivitas berpikir tingkat tinggi, bukan sekedar menghafal.
  2. Kemitraan pembelajaran
    Kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, komunitas, bahkan mitra profesional.
  3. Lingkungan pembelajaran fleksibel
    Ruang fisik dan digital yang mendukung berbagai gaya belajar.
  4. Pemanfaatan teknologi digital
    Teknologi digunakan untuk membuat interaksi belajar lebih menarik dan interaktif.

Tujuan dan tantangan

Tujuan utama: Meningkatkan literasi, berpikir kritis, dan hasil belajar siswa secara keseluruhan

Tantangan nyata:

  • Keterbatasan infrastruktur dan sumber daya, terutama di daerah terpencil.
  • Kesiapan guru dalam perencanaan dan penerapan metode yang tepat agar tidak kehilangan relevansi dan efektivitas (menghindari “learning yang terlalu longgar”).

Implementasi nyata di kelas

  • Bisa melalui Project-Based Learning, di mana siswa mengerjakan proyek nyata, menghubungkan teori dan praktik.
  • Diskusi kasus, refleksi mendalam, presentasi oleh siswa — guru sebagai fasilitator, bukan hanya pemberi materi.

Kesimpulan

Deep Learning dalam kurikulum nasional tahun ajaran 2025/2026 (mulai Juli 2025) adalah pendekatan modern dalam pembelajaran yang berorientasi pada pemahaman mendalam, makna, dan kegembiraan belajar, bukan mata pelajaran baru. Dengan empat pilar dukungan (metode, kemitraan, lingkungan, teknologi), harapan besar Kemendikbud adalah menghasilkan generasi dengan keterampilan abad ke-21: kritis, kolaboratif, kreatif, dan adaptif.

Eksplorasi konten lain dari Pondok Modern Paciran

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca